HEalmind – Simak pengertian separation anxiety disorder, kecemasan berlebih karena takut kehilangan, lengkao dengan penyebab dan gejalanya, di sini.
Separation Anxiety Disorder adalah gangguan mental yang biasanya terjadi pada anak berupa kecemasan akibat ditinggal orang tuanya meski hanya sebentar.
Kondisi ini ditandai dengan anak yang merasa sedih ketika si anak berpisah dengan orang tua. Biasanya separation anxiety disorder terjadi pada anak yang berumur dibawah lima tahun.
Dalam kondisi normal, kecemasan untuk berpisah atau separation anxiety merupakan hal wajar dan menjadi bagian penting dari pertumbuhan mental anak.
Separation anxiety muncul pada anak berusia 18 bulan hingga tiga tahun. Ketika memasuki usia tiga tahun, sebagian besar anak biasanya sudah terbiasa berpisah dengan orang tuanya. Anak dapat menyesuaikan diri seiring berjalannya waktu dan mulai paham bahwa orang tua akan kembali lagi.
Pada kondisi separation anxiety disorder, anak cenderung menangis hingga meraung-raung atau tantrum ketika berpisah dengan orang tuanya.
Dalam kondisi tersebut, anak tidak hanya merasa sedih namun merasakan kecemasan, ketakutan, dan gelisah yang berlebihan. Kondisi ini bisa berdampak pada aktivitas anak sehari-hari termasuk ketika sedang bermain atau sekolah. Separation anxiety disorder juga dapat menimbulkan serangan panik atau panic attack pada anak.
Separation anxiety disorder juga dapat berdampak pada fisik, seperti memicu sakit perut, sakit kepala bahkan mual dan muntah. Kondisi ini bahkan dapat menyebabkan anak dapat mengalami stres karena ketidakmampuannya untuk beraktivitas secara normal atau bermain dengan teman-temannya.
Penyebab separation anxiety disorder
Para ahli menyimpulkan bahwa separation anxiety disorder pada anak disebabkan faktor biologis dan lingkungan. Anak bisa mewarisi sifat kecemasan berlebih dari orang tuanya, sebab lain adalah tidak seimbangnya senyawa norepinefrin dan serotonin dalam otak.
Faktor lingkungan yang bisa menyebabkan anak memiliki separation anxiety disorder adalah kecemasan dan ketakutan yang didapat dari kerabat maupun rekan. Pindah rumah dan sekolah juga bisa menyebabkan separation anxiety disorder.
Orang Tua yang overprotektif juga bisa menyebabkan ketergantungan berlebih anak kepada orang tua yang bisa memicu separation anxiety disorder pada anak. Kejadian traumatis juga bisa menjadi penyebab anak mengidap separation anxiety disorder.
Karena gejala Separation Anxiety Disorder pada anak yang cukup umum, biasanya psikolog memerlukan asesmen selama beberapa waktu sebelum mendiagnosis apakah anak tersebut mengidap separation anxiety disorder.
Selain gejala fisik seperti pusing, mual, dan sakit perut terdapat gejala non fisik yang dapat diamati. Gejala tersebut antara lain:
- Mudah mengamuk
- Takut hal buruk terjadi saat tidak bersama orang tua
- Takut tersesat atau hilang dan mengikuti orang tua atau caregiver kemanapun mereka pergi
- Mimpi buruk
- Mengompol pada malam hari
Bisa dialami orang dewasa
Meskipun lebih sering menyerang anak-anak, namun separation anxiety disorder juga bisa menyerang orang dewasa. Hal yang menyebabkan orang dewasa mengidap separation anxiety disorder adalah kejadian yang menimbulkan stress atau dipicu pengalaman masa lalu. Hal yang bisa menimbulkan separation anxiety disorder pada orang dewasa antara lain:
- Kehilangan orang yang dikasihi
- Perubahan besar dalam hidup, seperti pindah rumah.
- Pernah mengalami atau didiagnosa anxiety disorder pada saat anak-anak
- Memiliki anxiety disorder atau masalah mental lain.
Orang dewasa yang mengidap separation anxiety disorder bisa menyebabkan rendahnya kualitas hidup akibat depresi, kecemasan berlebih karena takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada orang terkasihnya ketika sedang tidak bersama.
Itulah pengertian separation anxiety disorder, kecemasan berlebih karena takut kehilangan, lengkao dengan penyebab dan gejalanya.***
Leave a Reply