Mengenal Apa Itu Inner Child, Tanda-tanda, dan Cara Mengobatinya

Pengertian Self Centered, Contoh Perilaku, dan Cara Mengatasinya
Pengertian Self Centered, Contoh Perilaku, dan Cara Mengatasinya

Healmind – Simak penjelasan mengenai apa inner child, tanda-tanda inner child seseorang terluka, dan cara mengobatinya, di sini.

Dilansir dari RS Atma Husada Mahakam, Kalimantan Timur, Inner Child adalah sifat kekanak-kanakan yang dimiliki pada diri seseorang. Inner Child merupakan pengalaman masa lalu yang tidak atau belum mendapatkan penyelesaian dengan baik.

Orang dewasa bisa memiliki berbagai macam kondisi inner Child yang dihasilkan oleh pengalaman positif dan negatif yang dialami pada masa lalu.

Misalnya, dulu waktu kecil sering dibentak sama orang tua, pernah melihat orang tua bertengkar, atau punya orang tua yang terlalu menuntut.

Dengan terbentuknya inner child, akan berpengaruh terhadap kepribadian seseorang dan memberi efek bagaimana cara seorang individu bersikap dan berperilaku di masa yang akan datang.

Hal ini bisa menjadi penghambat atau justru pendorong seorang individu untuk tumbuh dan berkembang, tergantung bagaimana menyikapinya.

Inner child dapat terluka ketika seseorang mendapatkan pengalaman menyakitkan seperti menjadi korban kekerasan selama masa kanak-kanak, baik kekerasan secara fisik, kekerasan verbal, juga kekerasan psikis.

Buruknya pengasuhan dari orang tua serta tidak harmonisnya hubungan dalam keluarga juga dapat melukai inner child seseorang.

Tanda-tanda Inner Child Terluka

Berikut tanda-tanda inner child seseorang terluka, dikutip dari laman resmi Dirjen Yankes Kemenkes RI:

1. Takut ditinggalkan

Salah satu tanda inner child terluka adalah memiliki ketakutan yang luar biasa akan ditinggalkan oleh orang-orang dalam hidup. Gejala ketakutan tersebut bisa berupa perasaan tidak bisa jauh dari pasangan, sangat bergantung dan tidak mandiri, merasa tidak layak dicintai, insecure, atau bahkan menjadi gangguan kecemasan dan depresi.

Orang-orang yang takut ditinggalkan, selalu menuntut bukti kesetiaan dan komitmen orang lain. Hal ini dapat menjadi masalah, karena perilaku dan tindakan orang tersebut terlalu dipengaruhi oleh konsep di masa lalunya dan mengaburkan fakta yang sebenarnya terjadi di masa kini saat orang tersebut menjalani hubungan.

2. Memiliki perasaan bersalah yang berlebihan

Rasa bersalah adalah penyesalan atau beban tanggung jawab yang dihadapi orang setelah mereka melakukan kesalahan. Rasa bersalah adalah hal yang wajar. Kecuali jika perasaan ini muncul tanpa ada alasan yang jelas. Misalnya, ketika Anda merasa bersalah ketika tidak melakukan kesalahan. Itu bisa menjadi pertanda masalah serius seperti depresi atau kecemasan. Bisa jadi hal tersebut juga adalah tanda inner child terluka akibat sering dibuat merasa bersalah di masa kecil. Serta, Anda tidak pernah sembuh darinya.

Sengaja atau tidak, terkadang orang dewasa membuat anak-anak merasa bertanggung jawab atas hal-hal di luar kendali mereka, dan hasilnya adalah emosi bersalah yang tidak perlu.

3. Tanda inner child terluka lainnya adalah memiliki trust issue

Jika di masa kecil Anda sering dibohongi, dicurangi, atau dimanipulasi, ada kecenderungan bagi Anda untuk mempertanyakan niat orang lain. Dengan kata lain, Anda menjadi sangat mudah curiga atau suudzon. Hal tersebut merupakan mekanisme bertahan dari rasa sakit atau kekecewaan akibat dikhianati orang lain. Namun, kecurigaan yang berlebihan dapat merusak suatu relasi yang sehat. Tidak semua orang berencana untuk berbuat jahat kepada Anda. Dan menolak untuk percaya kepada orang yang benar-benar tulus, akan menjauhkan Anda dari hubungan yang sehat. Jika merasa memiliki trust issue yang berlebihan, cobalah untuk mengingat kembali apakah di masa kecil Anda sering dibohongi atau dimanipulasi oleh orang lain.

4. Takut menetapkan dan menegakkan batasan privasi

Batas adalah aturan yang kita buat dalam pikiran kita sendiri tentang seberapa jauh kita mengizinkan orang lain “masuk” dalam kehidupan kita agar kita dapat merasa nyaman. Orang yang memiliki inner child yang terluka terkadang kesulitan menetapkan batasan dan menegakkannya. Contohnya adalah people pleaser. Jika Anda tidak dapat mengatakan “tidak” atas permintaan orang lain yang mengganggu kenyamanan Anda, kemungkinan besar Anda termasuk dalam golongan people pleaser.

Bisa jadi karena Anda sungkan menyakiti perasaan orang lain atau mungkin Anda hanya tidak pandai mengungkapkan pikiran Anda. Bagaimanapun itu terwujud dalam diri Anda, itu sering kali merupakan tanda dari inner child yang terluka.

5. Terlalu mudah marah adalah tanda inner child terluka

Kemarahan adalah emosi yang wajar dirasakan oleh setiap orang pada satu titik tertentu. Ada banyak alasan untuk marah, mulai dari yang besar hingga yang kecil. Dalam beberapa kasus, bisa merasakan dan mengungkapkan kemarahan adalah suatu tanda kecerdasan emosi.

Namun, ketika seseorang berulang kali tidak mampu bersikap tenang dan kehilangan kendali dalam mengelola emosi, itu adalah tanda bahwa ada masalah yang lebih dalam.

Marah yang berlebihan bisa merupakan tanda adanya inner child yang terluka akibat pada masa kecil mengalami ketidakadilan dan peristiwa yang membuat frustasi, tapi tidak dapat mengungkapkannya. Dengan kata lain, ada amarah yang terpendam sekian lama di dalam alam bawah sadar.

Ketika sedang marah, cobalah untuk introspeksi diri, apakah marah yang Anda lakukan adalah kemarahan yang wajar atau merupakan ketidakmampuan mengendalikan diri tanda inner child yang terluka?

6. Kesulitan “melepaskan sesuatu” yang telah berlalu

Apakah Anda terus memikirkan argumen lama yang telah selesai? Apakah Anda merenungkan hal-hal buruk yang terjadi meskipun tahu akan lebih bahagia jika move on? Atau apakah Anda terus mempertahankan hal-hal yang sudah berakhir karena merasa lebih aman daripada menerima kenyataan?

Kesulitan “melepaskan sesuatu” yang telah berlalu juga merupakan salah satu tanda inner child terluka. Anda perlu mewaspadainya jika terus menerus merasakan hal demikian.

7. Tanda inner child terluka lainnya adalah takut menyatakan pendapat pribadi

Banyak orang merasa takut menyatakan pendapat pribadinya karena merasa pendapat pribadinya tidak penting, takut dihakimi, dan tidak akan dihargai oleh orang lain. Hal ini bisa jadi karena pola pengasuhan orang tua yang otoriter di masa lalu.

Anak terbiasa mengikuti aturan, arahan, dan rencana orang tua tanpa diberi kesempatan untuk berdiskusi dan menentukan pilihan. Hasilnya adalah, anak jadi tumbuh dewasa dengan rasa takut untuk merencanakan, berpendapat, dan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.

Cara Mengobati Inner Child yang Terluka

Adapun cara mengobati inner child yang terluka adalah sebagai berikut:

1.. Pertama yang perlu disadari adalah bagaimana hubungan kita dengan ‘inner child’ dalam diri kita ini. Apakah kita sering menyapanya? Apakah kita sudah menerima sepenuhnya? Sadari bahwa diri ini punya inner child yang butuh untuk diterima, dirangkul, diperhatikan dan dicintai.

2. Cara yang benar untuk mengatasi masalah ketidakstabilan inner child yaitu dengan mencoba memahami serta memulai berkomunikasi kepada inner child tersebut. Menurut ahli psikolog klinis Amerika Stephen A. Diamond : bahwa kita membutuhkan waktu yang disediakan untuk memahami dan mendengarkan inner child pada diri kita sendiri. Kebutuhan akan cinta, kasih sayang, penerimaan, pengasuhan serta merasa dipahami oleh orang lain adalah bagian inner child yang harus tercukupi bagi setiap orang, tentunya dengan kadar yang berbeda-beda. Hal ini bergantung kepada pengalaman positif dan negatif masa lalu yang kita alami.

3. Mengabaikan hubungan diri dengan inner child kita yang justru akan menjadi rantai derita yang tidak berujung hingga lahir generasi berikutnya. Cukupkan rantai derita ini pada diri kita. Putuslah rasa sakit yang turun temurun ini hanya pada diri kita dan tidak meneruskannya ke generasi selanjutnya. Bagaimana caranya??? Sadari, akui, terima dan cintailah inner child dalam diri kita bagaimanapun keadaannya.

Itulah penjelasan mengenai apa inner child, tanda-tanda inner child seseorang terluka, dan cara mengobatinya.***