Healmind – SImak penjelasan mengenai apa itu Daddy Issues, penyebab, ciri-ciri, dan cara mengatasinya, di sini.
Daddy issues adalah kondisi kejiwaan yang diakibatkan oleh hubungan disfungsional antara ayah dan anak. Biasanya, hal ini terjadi ketika hubungan keduanya kurang harmonis sejak sang anak masih kecil.
Dilansir dari laman resmi RS Siloam, apabila hubungan yang kurang harmonis ini berlangsung berkepanjangan, hal tersebut bisa berdampak negatif hingga berujung pada masalah psikologis sang anak atau yang sering disebut dengan istilah daddy issues.
Namun, perlu diketahui bahwa daddy issues bukanlah istilah resmi dari sisi medis. Meski begitu, kondisi ini memiliki basis psikologi di baliknya. Untuk memberikan gambaran lebih jelas terhadap apa itu daddy issues, kenali definisi, faktor penyebab, ciri-ciri, serta cara mengatasinya di bawah ini.
Apa itu Daddy Issues?
Daddy issues adalah isu psikologi yang dialami oleh seseorang dengan pengalaman traumatik atau hubungan problematik dengan ayah atau tidak memiliki sosok ayah dalam kehidupan mereka.
Istilah nonmedis ini sering dikaitkan dengan orang-orang yang memiliki isu keterikatan maupun trauma dalam hubungan romantis di kehidupan pribadi.
Istilah daddy issues sering kali digunakan dalam konteks psikologi Freud. Pembahasannya meliputi berbagai sikap dan perilaku yang berhubungan dengan ketertarikan kepada orang yang lebih tua maupun trust issues terhadap laki-laki. Hal ini dapat berdampak pada kualitas hidup seseorang, terutama dalam hubungan asmara.
Faktor Penyebab Daddy Issues
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami daddy issues, di antaranya adalah:
1. Sosok Ayah yang Tidak Perhatian
Dalam kehidupan rumah tangga, sering kali ditemukan sosok absentee father atau ayah yang tidak pernah ada untuk menemani atau berperan dalam tumbuh kembang anak.
Sosok ayah ini mungkin merupakan seorang ayah yang bekerja terus-terusan (workaholic), sering meninggalkan keluarga, atau tidak dapat diandalkan sebagai kepala keluarga karena tersangkut masalah seperti kecanduan obat-obatan atau alkohol.
Tidak hadirnya sosok ayah yang menuntun anak dalam menjalani kehidupannya ini bisa melukai mental anak. Dampaknya, sang anak yang beranjak dewasa cenderung mencari perhatian dan validasi dari sosok laki-laki yang lebih tua untuk mengisi peran ayah dalam kehidupan mereka.
2. Hubungan yang Tidak Sehat dengan Ayah
Hubungan yang kurang sehat dengan ayah sering dilansir menjadi penyebab munculnya daddy issues. Ikatan antara ayah dan anak yang terlalu dekat ataupun terlalu jauh dapat menyebabkan isu dalam perkembangan mental anak. Hal ini nantinya dapat menjadi pemicu daddy issues ketika anak beranjak dewasa.
Perlu diingat bahwa tidak semua kedekatan hubungan anak dan ayah dapat menyebabkan kondisi psikologis tersebut. Kedekatan yang dimaksud di atas merujuk pada hubungan yang tidak sehat, misalnya memperlakukan anak seperti teman kencan atau pasangan romantis. Hal ini dapat berpotensi menyebabkan pelecehan seksual yang berdampak pada kondisi mental dan emosi anak.
3. Kekerasan Seksual pada Masa Kecil
Kekerasan seksual yang dialami oleh seseorang di masa kecil bisa memberikan efek buruk yang berkepanjangan pada mental anak, termasuk memicu kondisi daddy issues. Rasa trauma itu pun tidak dapat hilang begitu saja sekalipun mereka telah beranjak dewasa. Trauma masa kecil ini dapat membuat mereka merasa insecure. Anak yang merupakan korban kekerasan seksual juga lebih mudah terkena depresi dan PTSD (post-traumatic stress disorder).
Ciri-Ciri Seseorang Mengalami Daddy Issues
1. Memiliki Trust Issues terhadap Laki-Laki
Seseorang yang memiliki daddy issues cenderung sulit memercayai sosok laki-laki yang ada di hidupnya. Perasaan ini berkaitan dengan isu keterikatan yang membuat penderita memiliki masalah kepercayaan dalam membuka diri terhadap hubungan yang baru dan menghindari hubungan emosional yang mendalam, khususnya dengan laki-laki. Masalah lain, seperti ketakutan akan intimasi atau komunikasi pun dapat muncul karena isu ini.
2. Cenderung Memilih Pasangan yang Berusia Lebih Tua
Seseorang dengan daddy issues cenderung memilih pasangan yang berusia lebih tua dalam membangun suatu hubungan romantis. Hal ini dikarenakan adanya hasrat untuk memiliki sosok ayah yang perhatian, memberikan rasa aman, dan penyayang. Bisa dikatakan, kecenderungan ini merupakan cara untuk merasakan kehadiran sosok ayah yang tidak dapat dirasakan sewaktu masa kecil.
3. Mudah Merasa Cemburu, Insecure, Bergantung, dan Terlalu Posesif
Salah satu ciri-ciri seseorang mengalami daddy issues adalah mudah merasa cemburu, insecure (perasaan tidak percaya diri, cemas, dan ragu pada diri sendiri), bergantung, dan terlalu posesif. Ini merupakan dampak dari isu keterikatan yang diakibatkan dari absennya sosok ayah pada masa kecil anak. Seseorang yang mengalami daddy issues sering merasa khawatir jika pasangan mereka dalam jarak yang jauh, selingkuh, atau dirayu oleh orang lain.
4. Haus Kepastian dan Perhatian
Rasa takut ditinggalkan membuat seseorang dengan kondisi daddy issues haus akan perhatian dan kasih sayang. Pengidap kondisi daddy issues akan terus-menerus meminta kepastian dan perhatian dari pasangannya hingga pada tahap tidak sehat. Seiring waktu, hal ini bisa merusak hubungan dan menjadi toxic.
5. Sering Merasa Kesepian
Daddy issues adalah kondisi psikologis di mana seseorang sering merasa kesepian dan membutuhkan orang lain untuk menghabiskan waktu bersama. Ketidaknyamanan ini datang dari keinginan untuk terus menerus diperhatikan dan diayomi. Sering kali, hal ini membuat hubungan dengan pasangan menjadi tidak sehat.
6. Cenderung Terbiasa dengan Hubungan Toxic
Kebiasaan dari masa kecil tidak mudah hilang begitu saja, begitu pula dengan pola hubungan disfungsional yang sering kali ditiru oleh seseorang dengan daddy issues. Jadi, tidak jarang jika seseorang dengan kondisi psikologis ini selalu terlibat dalam hubungan toksik hingga ke tahap di mana mereka rela untuk berada dalam hubungan toxic tersebut dibandingkan tidak memiliki hubungan sama sekali.
Cara Mengatasi Daddy Issues
Daddy issues adalah gangguan kesehatan mental yang berakar dari trauma atau isu keterikatan dengan sosok ayah. Untuk itu, pengobatannya pun perlu diawali dari diri sendiri. Adapun beberapa cara mengatasi daddy issues adalah:
- Memahami alasan dari kondisi psikologis yang dirasakan.
- Mempraktikkan self-acceptance untuk memulai fase healing.
- Menjalin hubungan dengan orang-orang yang suportif dan dapat dipercaya.
- Melakukan terapi untuk mengontrol emosi dan membangun hubungan yang lebih sehat.
- Berkonsultasi dengan seorang psikolog atau dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater) untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Ituylah penjelasan mengenai apa itu Daddy Issues, penyebab, ciri-ciri, dan cara mengatasinya.***
Leave a Reply