Dampak Buruk Pertengkaran Orang Tua bagi Kesehatan Mental Anak

5 Kebiasaan Buruk Orang Tua yang Rusak Perkembangan Anak
5 Kebiasaan Buruk Orang Tua yang Rusak Perkembangan Anak

Healmind – Simak dampak buruk pertengkaran orang tua bagi kesehatan anak, di sini.

Bagi seorang anak, keluarga memiliki arti dan fungsi yang penting bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan hidup. Selain itu di dalam keluarga anak didorong untuk menggali, mempelajari, dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan, religius, norma-norma (etika), dan pengetahuan.

Orang tua bertengkar menyebabkan anak menjadi sedih, kesal, malu, kecewa, tidak nyaman; hubungan orang tua berjarak menyebabkan anak merasa marah, sedih; keluarga jarang berkumpul dan beraktivitas bersama menyebabkan anak tidak merasakan kedekatan emosional; sikap ayah tidak peduli terhadap keluarga dan jarang di rumah menyebabkan kebencian pada anak karena tidak merasakan kedekatan emosional; ibu jarang di rumah karena sibuk bekerja menyebabkan tidak merasakan kedekatan emosional. Sehingga membuat anak tidak merasakan kepuasan dalam domain keluarga.

Anak korban broken home, sekalipun latar belakang broken home keluarga mereka berbeda satu sama lain, namun akibat yang menimpa terhadap anak adalah hampir sama yaitu berupa depresi mental. Sehingga anak-anak depresi mental karena broken home nampak berbeda dari anak-anak pada umumnya yang normal.

Anak-anak korban broken home jiwanya tidak stabil karena terbebani masalah, jiwanya seperti mau berontak, suka melawan guru, sikap menantang, perilakunya sangat mengganggu proses belajar mengajar, sangat mengganggu suasana kelas, dan banyak melanggar aturan sekolah, sering bolos pada jam-jam belajar, sering alpa, dan hari-hari di kelas tidak bisa tenang dan suka berpindah-pindah tempat dan suka jalan-jalan.

Dilansir dari laman resmi Dirjen Yankes Kemenkes RI, keluarga yang broken home menyebabkan anak kekurangan kasih sayang secara psikologis sehingga berpengaruh terhadap perkembangan moral dan psikososial anak.

Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan beberapa indikator perilaku moral buruk yang muncul yaitu :

– membuat kesalahan dan tidak mau minta maaf;

– sering tidak mentaati tata tertib sekolah;

– mencari perhatian dengan membuat kegaduhan saat jam pelajaran.

Adapun indikator perilaku yang menunjukkan terhambatnya perkembangan psikososialnya sebagai berikut:

– tidak semangat mempelajari pengalaman baru;

– anak tidak percaya diri;

– sering membandingkan dirinya dengan tema.

Dampak yang dirasakan oleh anak korban perceraian orangtuanya antara lain;

– merasa tidak aman,

– adanya rasa penolakan dari keluarga, marah, sedih, kesepian,

– perasaan menyalahkan diri sendiri.

Emotional loneliness mengacu pada emosi negatif yang muncul akibat ketidakpuasan pada hubungan yang bersifat intim, dimana hubungan intim yang dimaksud adalah hubungan dengan figur attachment anak yaitu ayah atau ibunya. Loneliness yang dirasakan oleh anak terjadi akibat dari jarangnya berinteraksi dengan anggota keluarganya yang lain.

Kematian orang yang dikasihi juga dapat menghancurkan anggota keluarga lainnya. Kecemasan, depresi, rasa bersalah, dan kemarahan atas kematian orang yang dikasihi adalah reaksi yang umum terjadi pada anggota keluarga yang dapat menjurus ke arah gangguan emosi dan masalah keluarga yang lebih serius jika tidak segera terpecahkan.

Pola asuh kurang baik juga bisa tercipta jika anak berada jauh dari orang tua, karena saat anak jauh dari orang tua komunikasi yang terjalin kurang efektif sehingga anak bisa seenaknya melakukan apa yang ia sukai tanpa pengawasan dari orang tua seperti mengkonsumsi alkohol bersama teman-temannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi remaja dalam mengkonsumsi alkohol yaitu kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, dan komunikasi orang tua dengan anak. Dampak konflik orang tua bagi anak, adalah kurangnya komunikasi, kurang kasih sayang, sering melamun dan berkonsentrasi pada saat belajar di kelas, adanya keinginan untuk bunuh diri, dan prestasi belajar menurun.***